Jumat, 12 November 2010

gunung ambang




Di Sulawesi Utara, Gunung yang satu ini lebih dikenal dikalangan para pendaki (pencinta alam) yang sekedar menikmati kawah belerang. Namun belakangan ini, tempat ini semakin terkenal hingga ke manca negara, tidak lain karena aktivitas mengamati burung.
Saat ini, Gunung Ambang menjadi salah satu tujuan kunjungan para penagamat burung yang khusus mencari Burung hantu yang diberi nama Cinnabar hawk-owl yang dalam nama ilmiahnya dikenal dengan Ninox ios. Bisa dikata Gunung Ambang identik dengan Ninox ios, karena setiap kali pengamat burung yang datang ke temapt ini hanya satu target utama mereka yaitu N. ios sementara jenis-jenis burung lainnya hanyalah bonus.
Akan tetapi bukan itu saja yang bisa kita jumpai di salah satu

             
gunung yang berada di wilayah Bolaang Mongondow ini.
Untuk jenis-jenis burung masih banyak yang bisa kita jumpai di kawasan hutan Gunung Ambang: Sikatan matinan Cyornis sanfordi, Cekakak -hutan dada-sisik Actenoides princeps, Jalak alis-api Enodes erythrophris, Kipasan Sulawesi Rhipidura teysmanni, Malia sulawesi Malia grata, kedua jenis Rangkong, dan bayak lagi.
Selain potensi satwa (burung), di Ambang juga bisa kita nikmati pemandangan pegunungan, kawah belerang, perkebunan sayur-sayuran, cengkeh, serta bentang alam yang indah lainnya.
                                                                                            



Satu lagi yang menarik bila Anda berkunjung ke Gunung Ambang, yaitu medanya yang tidak begitu terjal. Seorag ibu yang sudah berumur 50-an tahun saja bisa mendakinya.
Nah, bagaimana mencapai tempat ini? Mudah. Anda bisa menumpang kenderaan umum dari Manado (seperti Paris Taxi) dengan tujuan Kotamobagu. Jarak tempuhnya kurang lebih 3,5 jam. Dengan jasa angkutan Paris Anda perlu mengeluarkan ongkos Rp45,000 (jok depan, samping supir) dan Rp35,000 untuk bangku baris kedua dan belakang. Begitu tiba di Kota Kotamobagu, mintalah sang supir untuk menurunkan Anda di terminal Sinsingon. Dari terminal Sinsingon anda akan menumpang kenderaan Mikrolet dengan tujuan Desa Sinsingon. Jarak tempuhnya sekitar 30 – 45 menit dengan ongkos sekitar Rp7,500/orang.
Bagaimana, Anda tertarik? Jika Anda ingin berkujung ke Gunung Ambang pastikan untuk menghubungi petugas setempat (Pak Julius, staf BKSDA SULUT). Bagi para pengamat burung, Anda bisa mengajak Yusman “Uchu” Hunowu via telepon 081356944797.
Selamat melancong!

gunung krakatau





Krakatau adalah kepulauan vulkanik yang masih aktif dan berada di Selat Sunda antara pulau Jawa dan Sumatra. Nama ini pernah disematkan pada satu puncak gunung berapi di sana yang, karena letusan pada tanggal 26-27 Agustus 1883, kemudian sirna. Letusannya sangat dahsyat dan tsunami yang diakibatkannya menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Sampai tanggal 26 Desember 2004, tsunami ini adalah yang terdahsyat di kawasan Samudera Hindia. Suara letusan itu terdengar sampai di Alice Springs, Australia dan Pulau Rodrigues dekat Afrika, 4.653 kilometer. Daya ledaknya diperkirakan mencapai 30.000 kali bom atom yang diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki di akhir Perang Dunia II.

Letusan Krakatau menyebabkan perubahan iklim global. Dunia sempat gelap selama dua setengah hari akibat debu vulkanis yang menutupi atmosfer. Matahari bersinar redup sampai setahun berikutnya. Hamburan debu tampak di langit Norwegia hingga New York.
Ledakan Krakatau ini sebenarnya masih kalah dibandingkan dengan letusan Gunung Toba dan Gunung Tambora di Indonesia, Gunung Tanpo di Selandia Baru dan Gunung Katmal di Alaska. Namun gunung-gunung tersebut meletus jauh di masa populasi manusia masih sangat sedikit. Sementara ketika Gunung Krakatau meletus, populasi manusia sudah cukup padat, sains dan teknologi telah berkembang, telegraf sudah ditemukan, dan kabel bawah laut sudah dipasang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa saat itu teknologi informasi sedang tumbuh dan berkembang pesat.
Tercatat bahwa letusan Gunung Krakatau adalah bencana besar pertama di dunia setelah penemuan telegraf bawah laut. Kemajuan tersebut, sayangnya belum diimbangi dengan kemajuan di bidang geologi. Para ahli geologi saat itu bahkan belum mampu memberikan penjelasan mengenai letusan tersebut.